IBU

Sabtu, 01 Maret 2014

Cerita Motivasi Kebesaran Jiwa Seorang Ibu

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic.

Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager. Gaji-nya pun lumayan.

Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.
Cerita Motivasi Kebesaran Jiwa Seorang Ibu
Cerita Motivasi Kebesaran Jiwa Seorang Ibu
Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.

Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be.

Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).

Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.

Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. ” Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”.

Setelah ibunya sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan elektronik.

Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu. Jangan sia-sia kan budi jasa ibu selama ini yang merawat dan membesarkan kita tanpa pamrih. kasih seorang ibu sungguh mulia.

DAHSYATNYA DOA IBU

Kekuatan Doa Ibu Bagi Kesuksesan Anaknya

Ada sebuah sekolah dasar yang terkenal di daerah sekitar sekolah tersebut berdiri, bahkan masyarakat sekitar daerah tersebut sangat mengenal betul favoritnya sekolah dasar itu. Anak-anak yang bersekolah disana mayoritas anak orang kaya, dan mereka juga terkenal memiliki kemampuan atau kepintaran yang lebih, dibandingkan dengan anak-anak lain. Terbukti banyaknya piala yang didapatkan dari berbagai perlombaan.

Pada saat pendaftaran penerimaan siswa baru, anak yang daftar melebihi dari tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya jumlah anak yang daftar kurang lebih 300 siswa, pada tahun ini meningkat menjadi sekitar 450 siswa yang mendaftar. Karena tergiur dengan usaha banyaknya masyarakat yang ingin menyekolahkan anak anaknya di SD ini, seorang ibu, berniat menyekolahkan anaknya juga di SD tersebut. Ibu tersebut berusaha keras agar anak satu-satunya bisa masuk sekolah dasar tersebut. Walaupun suaminya sudah meninggal, tetapi tidak pernah mengeluh untuk menghidupi anaknya. Ibu satu anak ini, selalu meyakinkan anaknya agar dia tak pernah menyerah dengan mengucapkan sebuah kalimat yaitu “KAMU PASTI BISA!!”. Berkat semangat dari sang ibu, akhirnya anaknya bisa masuk sekolah favorit tersebut.

Pada awalnya sang anak sangat rajin belajar, tapi ia sering kali lupa dengan apa yang ia pelajari. Tidak tahu penyebabnya apa, ibunya juga sering heran dengan anaknya itu, yang dari lahir seringkali mengalami yang namanya “LUPA”. Setiap malam sang ibu selalu berdo’a, ia mendo’akan anaknya agar kelak anaknya menjadi seorang yang sukses, tidak seperti dirinya yang bekerja hanya sebagai penjual air keliling. Jika kelak sang ibu sudah tua nanti, anaknyalah yang menjadi satu-satunya harapan. Ia berharap impian sang anak menjadi orang sukses itu bisa menjadi kenyataan.

Sudah dua bulan sang anak telah belajar di SD tersebut, dan tak pernah sekalipun ia berangkat terlambat. Tetapi pada suatu hari, sang anak terlambat sekolah karena semalaman belajar, ia hanya tidur beberapa menit saja. Semalaman ia belajar pelajaran matematika karena esoknya akan ada ujian (mengerjakan soal di depan kelas). Ketika ditanya gurunya kenapa ia terlambat, ia langsung menjawab “Saya terlambat karena saya ingin mendapatkan nilai bagus, dan saya berusaha agar saya ingat apa yang semua ibu ajarkan kepada saya. Agar ibu saya senang jika saya mendapatkan nilai bagus”. Setelah itu, ia disuruh duduk di bangkunya.

Ketika pelajaran bahasa Indonesia, anak tersebut disuruh maju ke depan untuk membaca bukunya. Tetapi anak itu menjadi takut, karena ia belum tarlalu lancar membaca. Akhirnya ia membaca dengan suara yang sangat pelan, dan gurunya memintanya untuk mengeraskan suaranya, “Ibu tidak dengar apa yang kamu baca. Ayo baca yang lebih keras lagi ya…!!” suruh ibu guru. Tetapi karena merasa malu dan ia tetap membaca dengan suara yang sangat pelan, sehingga membuat gurunya marah dan berkata “Kamu ini tuli apa bagaimana, apa kamu tidak bisa membaca, kalau membaca saja kamu tidak bisa, ngapin kamu sekolah disini, kamu nggak pantas sekolah di sini. Dari awal saya sudah yakin kalau kamu itu adalah anak yang bodoh dan terlahir dari keluarga yang miskin…!?!”.

Sepulang sekolah sang anak bercerita kepada ibunya. Ia menceritakan semua kejadian yang ia lalui selama di sekolah hari itu. Sampai sampai ibunya menangis mendengar cerita dari anaknya, ia tidak terima guru di sekolah telah mencaci maki anaknya seperti itu. Sehingga keesokan harinya ia sudah tak lagi mengizinkan anaknya untuk sekolah lagi. Ia yakin semiskin apapun, dan sebodoh apapun ia akan mendidik anaknya sendiri sampai ia menjadi orang yang sukses. Ia mendidik anaknya dengan keras.

Sebelum sang ibu tidur, ia mengingat perkataan guru anaknya di sekolah dulu yang sangat menyesakkan hatinnya, lalu ia berdo’a agar bisa mendidik anaknya agar menjadi orang yang sukses. Anaknya pun selalu mematuhi apa yang di katakan oleh ibunya, ia juga selalu membantu ibunya menjual air keliling dengan sepeda buntutnya. Walaupun masih kecil ia sangat cekatan melakukan semua itu dan ia tak pernah malu dengan apa yang ia lakukan. Dan ia sangat mempercayai kata kata di tulisan poster yang ada di jalan yang selalu ia lewati saat ia keliling menjual airnya. Poster tersebut bertuliskan ”bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian” dan ia juga selalu ingat dengan kata-kata yang selalu di ucapkan oleh ibunya yaitu ”kamu pasti bisa”

Saat berada di jalan tepat di depan poster yang selalu ia ingat kata-katanya, ia memandangi poster itu dan ia hanya diam sambil meneteskan air mata, ia ingat perkataan dari gurunya dulu. Tersadar dari lamunannya ia mengusap air matanya sambil berteriak “Aku pasti bisa, dan aku akan buktikan kepada semua orang kalau aku pasti bisa melakukan semuanya, aku yakin aku pasti akan jadi orang yang sukses, aku pasti bisa….!!!!! ”

Akhirnya dengan semangatnya, serta semangat ibunya, semua impiannya tercapai dan ia menjadi sosok yang sangat cerdas, walaupun ia tidak sekolah (hanya belajar di rumah bersama ibunya), ia mampu menjadi seperti anak anak yang lainnya, seolah-olah ia tergolong orang yang sekolah di papan atas (sekolah favorit) bahkan lebih, dan ia bisa membuktikan kepada dunia kalau ia berhasil mewujudkan semua cita citanya.

THINK AGAIN :)

Penjara Pikiran

 

Penjara Pikiran
Penemu sikat gigi modern adalah orang Inggris bernama William Addis. Dia memakai tulang yang dilubanginya kecil-kecil, kemudian mengisinya dengan bulu binatang, serta mengelemnya menjadi satu.

William pun menjadi jutawan setelah idenya dikembangkan menjadi sikat gigi berbulu nilon dan diproduksi oleh perusahaan Amerika bernama ‘Du Pont’ pada tahun 1938.

Tahukah Anda, bahwa saat William Addis menemukan konsep sikat gigi, ia sedang mendekam di penjara? Tubuhnya di penjara, tapi pikirannya tidak terpenjara. Sementara banyak orang yang tidak di penjara, tetapi seringkali memenjarakan pikirannya sendiri.Penjara itu berupa kata-kata:
“Tidak mungkin”,
“Tidak bisa”,
“Tidak mau”,
“Tidak berani”, dan tidak tidak lainnya, yang kerap menjadi penghalang kita untuk berkembang.

Sang Pencipta memberikan kita potensi untuk dikembangkan, secara positif dan semaksimal mungkin. Jadi, jangan mengizinkan keadaan apapun memenjarakan pikiran kita.